Tuban – Dunia pendidikan di Kota Tuban kembali tercoreng dengan adanya kontroversi terbaru yang melibatkan seorang siswa berinisial AV dari SMPN 2 Widang. AV tidak naik kelas akibat sering bolos sekolah, namun hal ini menjadi polemik besar setelah kepala sekolah, Marjani, diduga menyampaikan pernyataan kurang pantas terkait AV di depan siswa-siswi lainnya saat upacara bendera pada hari Senin.
Pernyataan yang disampaikan Marjani tersebut diduga telah mempengaruhi kondisi psikologis AV, memicu kecaman dari berbagai pihak termasuk orang tua murid dan pemerhati pendidikan. “Pernyataan yang disampaikan di depan umum dapat berdampak buruk pada mental anak-anak. Kami berharap pihak sekolah lebih bijak dalam menangani masalah seperti ini,” ujar salah satu orang tua murid yang tidak ingin disebutkan namanya.
Kasus ini mencuat ke publik setelah sejumlah siswa dan orang tua melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Pendidikan setempat. Mereka menuntut tindakan tegas terhadap kepala sekolah dan meminta agar AV diberikan dukungan psikologis untuk memulihkan kondisinya.
Pihak sekolah belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini. Namun, sejumlah sumber menyebutkan bahwa Marjani berencana mengadakan pertemuan dengan orang tua AV dan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini secara damai.
Ketua LSM HARIMAU DPW JATIM (Ali Sodikin) menilai bahwa masalah absensi siswa seperti yang dialami AV seharusnya ditangani dengan pendekatan yang lebih mendidik dan penuh empati. “Pendidikan bukan hanya soal akademis, tetapi juga membentuk karakter dan mendukung perkembangan emosional siswa. Tindakan yang tidak mempertimbangkan aspek psikologis bisa berdampak jangka panjang,” ujar Ali.
Insiden ini membuka mata banyak pihak akan pentingnya pendekatan yang lebih manusiawi dalam menangani masalah siswa di sekolah. Perlindungan terhadap hak-hak siswa dan kesehatan mental mereka harus menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan.