Tuban — Di bawah langit Tuban yang teduh pada 22 November 2025, ratusan keluarga besar Laskar Ronggolawe Nusantara (LRN) berkumpul dengan penuh ketulusan di kompleks Makam Dandang Wacono, Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding. Peringatan HUT ke-22 LRN tahun ini terasa sangat istimewa, karena tidak hanya menandai perjalanan organisasi, tetapi juga menjadi momen suci untuk mengenang dan mendoakan para leluhur serta saudara-saudari yang telah berpulang.
Kirab dan Tabur Bunga: Mengajak Hati untuk Mengingat
Tepat pukul 16.00 WIB, acara dibuka dengan kirab menuju tiga makam leluhur:
- Makam Ki Tambak Yudo
- Makam Eyang Dandang Wacono
- Makam Eyang Ronggolawe
Para peserta berjalan tertib, membawa bunga dengan wajah teduh dan mata yang berkaca-kaca. Setiap langkah adalah tanda hormat, setiap taburan bunga adalah ucapan terima kasih kepada para pendahulu yang telah membangun pondasi perjuangan tanah Ronggolawe.
Di antara lirih doa, banyak hati yang teringat akan nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan keikhlasan yang diwariskan generasi terdahulu.
Doa untuk 30 Sedulur LRN yang Telah Tiada: Suasana Penuh Haru
Sebelum memasuki tahlil akbar, panitia membacakan nama-nama 30 anggota Laskar Ronggolawe yang telah berpulang. Saat nama-nama itu disebutkan satu per satu, suasana berubah sangat hening. Seakan waktu berhenti sejenak untuk memberi ruang bagi kenangan.
Mereka yang hari ini dipanjatkan doa khusus:
- Alm. Bakrun – Ngaglik Palang
- Alm. Lubis – Kediri
- Almh. Lia – Ponorogo
- Alm. Soleh – Ngaglik Palang
- Alm. Sodiq – Temaji Jenu
- Alm. Rohmanin Goro (Mbah Kancil) – Kanoman Kerek
- Alm. Badhil – Tambakboyo
- Alm. Soleh – Minohorejo
- Alm. Nurohman – Kujung
- Alm. Muhkiyin – Minohorejo
- Alm. Wawan – Semo Plumpang
- Alm. Didik Kasrun – Grabagan
- Alm. Eko Sugianto – Semanding
- Alm. Ilham – Tambakboyo
- Alm. Aris – Senori
- Alm. Arif – Bangilan
- Almh. Ratna Susilowati – Lamongan
- Alm. Kandim – Ronggomulyo Tuban
- Alm. Utomo – Suwalan Jenu
- Alm. Mbah Jo – Kuti Sumurgung Tuban
- Alm. Nasir – Lamongan
- Alm. Anas Yuanis – Ngaglik Palang
- Alm. Cipto Suci – Wangun Palang
- Alm. Wardoyo (Paijo) – Karangrejo Merakurak
- Alm. Arifin – Palang
- Almh. Umi – Topar Montong
- Alm. Dwi Yuliyanti – Sembung Parengan
- Alm. Iyan – Bancar
- Alm. Jayus – Bangilan
- Alm. Diki – Lombok
Al-Fatihah…
Lantunan ayat suci menggema syahdu, mengikat hati seluruh peserta dalam ikatan doa yang begitu kuat.
Tahlil Akbar: Doa yang Menghubungkan Bumi dan Langit
Dipimpin oleh Moden Juari, tahlil akbar berlangsung dengan khidmat dan khusyuk. Doa dikhususkan untuk:
- Ki Tambak Yudo
- Eyang Dandang Wacono
- Eyang Ronggolawe
- Seluruh sedulur Laskar Ronggolawe yang telah mendahului
Suara doa yang bergema serempak menciptakan suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Ada kedamaian, ada haru, ada rasa syukur yang mengalir bersama setiap bacaan.
Sambutan Para Pemimpin: Pesan Kebersamaan yang Menguatkan
Usai tahlil, acara dilanjutkan dengan sambutan:
- Ketua Umum LRN, Bapak Mohammad Solik, menyampaikan bahwa 22 tahun bukan perjalanan yang pendek. Ini adalah bukti keteguhan hati dan kekompakan seluruh anggota.
- Kapolsek Semanding turut memberikan apresiasi dan menegaskan pentingnya menjaga harmoni dan persatuan.
- Bapak Eko Wahyudi, Anggota DPR RI, menekankan bahwa budaya seperti inilah yang harus diwariskan dari generasi ke generasi.
Kata-kata mereka menghangatkan suasana, memberikan semangat baru bagi seluruh peserta.
Tausiah Mbah Yai Maksum: Sentuhan Spiritual yang Mendalam
Puncak acara ditutup dengan tausiah dan doa dari Mbah Yai Maksum dari Jenu. Dengan suara tenang dan penuh wibawa, beliau mengingatkan bahwa mendoakan saudara yang sudah tiada adalah bentuk cinta yang paling tulus.
“Kita mungkin tidak bisa lagi bertemu mereka, tetapi doa kita adalah jembatan yang tidak akan pernah putus.”
Kalimat itu membuat banyak hati tergetar.
22 Tahun Berlalu, Persaudaraan Tetap Utuh
Saat malam mulai turun, para peserta pulang dengan hati yang lebih tenang dan penuh rasa syukur. Acara sederhana ini kembali menegaskan bahwa kekuatan Laskar Ronggolawe Nusantara bukan hanya pada organisasinya, tetapi pada persaudaraan yang tumbuh dari hati ke hati.
HUT ke-22 ini menjadi tanda bahwa LRN akan terus melangkah, menjaga warisan leluhur, dan merawat kebersamaan yang tak lekang oleh waktu.
“Selama masih ada doa, selama itu pula persaudaraan akan hidup.”













