banner 728x250

Menu Program MBG di Desa Wangun Disorot: Warga Nilai Asal-Asalan, Pemerintah Diminta Bertindak Tegas

banner 120x600
banner 468x60

TUBAN – Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Wangun, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, kembali menuai sorotan publik. Warga menilai program yang seharusnya menjadi kebanggaan pemerintah itu kini berjalan tanpa arah dan tanpa pengawasan yang memadai.

Seorang warga, Rindhowati Tri Wulaningsih, menyampaikan keluhannya secara terbuka di akun Media Informasi Orang Tuban (MIOT).

banner 325x300

“Minta tolong untuk pemerintah, tolong dievaluasi kembali MBG yang beroperasi di desa Wangun. Semakin hari menu yang diberikan semakin ngawur, sampai murid-murid banyak yang tidak mau makan. Tolong dievaluasi lagi dari segi dana dan karyawannya,” tulisnya.

Pernyataan itu menjadi cerminan keresahan banyak warga. Beberapa orang tua murid menyebut bahwa makanan yang disediakan kerap tidak layak dan jauh dari standar gizi. “Kadang lauknya cuma tempe kering, nasi keras, dan tanpa sayur. Anak-anak sering tidak mau makan,” ujar seorang wali murid.

Program MBG yang digagas untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah justru dinilai berubah menjadi formalitas administratif. Laporan di atas kertas mungkin tampak rapi, namun di lapangan, kualitas menu disebut makin menurun.

Sejumlah warga menduga, pengawasan pemerintah daerah terhadap penyedia MBG lemah. Tidak ada evaluasi rutin, tidak ada keterbukaan mengenai anggaran, dan tidak ada mekanisme keluhan yang responsif.

“Kalau program ini memakai uang rakyat, mestinya pemerintah hadir memastikan anak-anak makan layak, bukan hanya membagi jatah asal jadi,” kata seorang aktivis pendidikan di Tuban.

Kritik terhadap MBG di Desa Wangun juga memunculkan dugaan adanya penyimpangan dana atau minimnya transparansi dalam pengadaan bahan makanan. Pemerintah Kabupaten Tuban diminta segera melakukan audit terbuka terhadap pelaksana program di tingkat desa.

“Ini bukan masalah kecil. Kalau anak-anak sampai enggan makan, berarti ada yang sangat salah dalam sistemnya,” tegas aktivis tersebut.

Warga mendesak pemerintah turun langsung ke lapangan, meninjau dapur penyedia MBG, dan memastikan bahwa dana publik benar-benar digunakan sesuai tujuan.

Program MBG seharusnya menjadi bentuk kepedulian pemerintah terhadap generasi muda. Namun jika mutu makanannya dipertanyakan dan pengawasan abai, maka program bergizi itu hanya tinggal nama tanpa makna.

Masyarakat tak butuh slogan “bergizi gratis” —
yang dibutuhkan adalah komitmen nyata, transparansi, dan tanggung jawab.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *